Semarak Hari Kartini 2016 di SMAIsSudA


AMBARAWA – Rangkaian acara memeriahkan peringatan Hari Kartini di SMA Islam Sudirman Ambarawa Kamis, 21 April 2016.

Ada yang tampak berbeda pada pagi itu di SMA Islam Sudirman Ambarawa. Hal berbeda ini juga menjadi pemandangan di sepanjang jalan saat anak-anak berangkat sekolah. Perbedaan itu karena sepanjang perjalanan ditemui anak-anak sekolah tak memakai seragam sekolah melainkan memakai pakaian adat nusantara. Tak terkecuali di SMA Islam Sudirman. Semua itu dilakukan untuk memperingati hari kelahiran Raden Ajeng Kartini, 137 tahun yang lalu. Oleh prakarsa pengurus OSIS para siswa diminta untuk mengenakan baju adat nusantara atau kebaya dalam ranah kesederhanaan. “Bapak dan Ibu guru, para siswa memakai pakaian serta make-up dengan sederhana,” tutur Hervianto, ketua OSIS SMA Islam Sudirman Ambarawa.

Rangkaian kegiatan peringatan Hari Kartini diawali dengan kegiatan upacara dengan pembina upacara Ambar Wahyuni. Penampilan berbeda petugas upacara dan peserta upacara membuat mangklingi siapa siswa-siswi. Biarpun dengan pakaian dan dandanan yang tak bisa saat upacara, pelaksanaan upacara tetap dapat berjalan dengan khidmat. Ambar dalam upacara memberikan motivasi kepada peserta upacara agar tetap menghargai jasa pahlawan, khususnya pada saat itu adalah jasa R.A. Kartini. “Peserta upacara khususnya siswi harus bersyukur, karena jasa R.A. Kartini, saat ini kalian dapat ‘merdeka’, tetapi tetap sesuai dengan kodratnya sebagai seorang wanita,” tutur Ambar Wahyuni.  Sebagai ajang pengenalan diri pihak OSIS acara dilanjutkan pawai peringatan Hari Kartini, berjalan mengelilingi Kupang Dukuh, lingkungan sekolah. Acara tersebut sangat meriah karena terlihat berbagai macam busana daerah dan atribut pendukung. Warga sekitar terlihat antusias menyaksikan iringan pawai. “Wah, ini sangat bagus sekali, dapat mengibur warga sekitar,” kata Arimbi, warga Kupang Dukuh. Kegiatan semacam ini oleh warga diharapkan dapat berlanjut setiap tahunnya. Kagitan tidak hanya itu saja, tetapi masih ada kegiatan lomba fasion show, lomba menggendong bakul, dan membuat nasi tumpeng. Lomba fasion show sendiri terlihat kurang meriah, disebabkan peserta perwakilan kelas kurang sungguh-sungguh dalam mengikutinya. “Fasion Show pada hakikatnya tidak sekadar memamerkan busana, tetapi juga didukung cara menampilkannya, semisal cara berjalan dan ekspresi. Totalitas dan keseriusan peserta lomba terlihat kurang pada tahun ini,” ungkap kekecewaan Candra Handoko, salah satu juri lomba. Meskipun tidak semua kurang antusias, tetapi dia juga memuji keberanian perwakilan kelas untuk tampil. Dia berharap tahun depan akan lebih baik lagi. Lain halnya dengan lomba fasion show lomba menggendong bakul terlihat meriah. Hasil lomba membuat nasi tumpeng membuat dewan juri terkagum, “Saya sangat kagum dengan siswa-siswi, ternyata mereka memiliki bakat yang luar biasa dalam membuat dan menghias nasi tumpeng,” ungkap Faizal Firmandika. Faizal juga mengungkapkan bahwa kegiatan membuat nasi tumpeng merupakan salah satu sarana melestarikan budaya Jawa. Dengan ini terbukti bahwa sekolah ini tidak hanya mengasah pengetahuan, dan keagamaan saja, tetapi kultur juga sangat diperhatikan untuk dilestarikan. R.A. Kartini diharapkan dijadikan teladan bagi kaum wanita Indonesia yang rela berkorban untuk orang lain dan mempelopori persamaan hak wanita dan laki-laki di Indonesia tetapi tetap dalam batasan wanita dalam kodratnya seperti dalam Islam. Semoga kedepannya dari SMA Islam Sudirma ini akan muncul Kartini Kartini yang luar biasa yang mampu mengangkat nama baik sekolah, bahkan lebih, amin. (C-01)