Salah satu hal yang tidak bisa dikembalikan atau ditarik kembali adalah waktu. Banyak sekali orang yang berangan-angan bahkan bermimpi dapat memutar waktu kembali untuk memperbaiki masa lalu karena di masa ini banyak yang menyesal tidak menggunakan kesempatan yang lampau. Selain itu juga ada orang yang bermimpi dapat meloncat ke masa depan untuk mengetahui bagaimana keadaan masa depan atau menghindari masalah yang timbul pada masa depan. Akan tetapi semua itu belum/tidak dapat terjadi pada saat ini dan mungkin tidak akan pernah bisa terjadi di masa depan. Karena besarnya misteri yang disimpan oleh waktu, maka banyak kata-kata bijak yang menganalogikan betapa pentingnya waktu dengan sesuatu yang lain.
Imam Syafi’I mengatakan bahwa, “Waktu adalah pedang, jika kamu tidak menebasnya, maka dia akan menebasmu.” Maksud dari analogi waktu dengan pedang tersebut adalah jika seseorang tidak dapat memanfaatkan waktu, maka waktu itu sendiri yang akan membuat orang tersebut tertebas (menyesal). Ibaratnya waktu itu adalah sesuatu yang tajam. Karena sifatnya yang tajam itu seseorang diminta berhati-hati menggunakan waktu agar waktu tidak melukai diri sendiri. Ketika seseorang dapat memanfaatkan waktu saat ini sebaik-baiknya, maka waktu itu dapat menjadi alat untuk menyingkirkan permasalahan-permasalahan saat ini yang akan berdampak buruk bagi masa depan.
Ada orang yang mengatakan waktu adalah uang. Walaupun kata-kata tersebut lebih berbau kapitalis kita dapat mengambil sisi positifnya agar selalu produktif di setiap waktu. Semakin seseorang produktif maka semakin besar pula seseorang akan mendapatkan keuntungan finansial yang lebih banyak.
Pentingnya masalah waktu ini juga banyak tertulis dalam Al Quran, misalnya saja dalam Surat Al Ashr (demi waktu) ayat 1-3. Dalam surat tersebut dijelaskan bahwa manusia hakikatnya berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kabajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran. Selain itu ada hadist yang mengatakan gunakan lima perkara sebelum datang lima perkara, yang kesemuanya berhubungan dengan waktu, sehat sebelum sakit, muda sebelum tua, kaya sebelum miskin, lapang sebelum sempit, dan hidup sebelum mati. Atas hal tersebut jelaslah Allah dan Nabi Muhammad s.a.w. mewanti-wanti pada manusia untuk dapat menggunakan waktu sebaik-baiknya, bukannya menyia-nyiakan waktu.
Manusia tidak tahu masa depan barang sedetik pun. Oleh karena itu jauhkanlah kata-kata “masih ada waktu” atau “nanti saja” dalam mindset. Kata-kata “masih ada waktu” menandakan seseorang akan menunda-nunda pekerjaan biarpun perkerjaan itu dapat diselesaikan pada saat itu. Orang yang demikian mungkin lupa bahwa seseorang tidak dapat memastikan waktu yang akan dating. Atau barangkali orang tersebut berpikir bahwa waktu nanti adalah miliknya. Banyak orang di antara kita yang seminggu yang lalu atau bahkan baru kemarin masih bercakap-cakap dengan kita, tiba-tiba jatuh sakit hingga tidak bisa apa-apa, bahkan sampai meninggal dunia. Cita-cita atau keinginan mereka pernah kita dengar dan belum sempat terwujud karena sudah terlebih dahulu mereka menghadap sang pencipta. Melalui peristiwa tersebut harusnya dapat dijadikan sebagai ibrah bahwa waktu depan sepenuhnya hak prerogatif Allah, Sang Pencipta.
Begitulah waktu, sebuah misteri yang sangat besar yang tidak ada satupun makhluk mengetahuinya dengan pasti. Karena itu mindset kita harus diubah dari “masih ada waktu” menjadi “tak ada waktu untuk besok”. Jika kita bisa lakukan sekarang kenapa harus dilakukan nanti atau esok hari? Mindset ini harus ditanamkan pada pikiran kita setidak-tidaknya untuk mengurangi kekecewaan kita terhadap waktu yang akan kita lalui. Ada kata-kata bijak lain yang mengatakan, “Orang cerdas adalah orang yang mampu memanfaatkan waktu sekarang dengan amalan terbaiknya.” Tak ada kata menyesal di kemudian hari jika seseorang dapat menggunakan waktu sekarang dengan perbuatan terbaik yang bisa dilakukan.
Tahun 1442 H atau 2020/2021 M telah meninggalkan kita. Coba kita tengok tahun itu, apakah kita sudah lebih baik dari tahun sebelumnya, atau sama saja dengan tahun sebelumnya, ataukah malah lebih buruk dari tahun sebelumnya? Sebagai seorang pelajar, apakah kita sudah belajar sungguh-sungguh dengan sistem belajar daring ini? Juga apakah serbagai seorang pelajar kita sudah dapat menjaga kepercayaan orang tua kita di saat belajar daring tanpa di awasi? Kepada pengajar kita, apakah kita telah memepermudah pekerjaan mereka atau malah mempersulit pekerjaan mereka untuk menagih tugas-tugas yang diberikan kepada kita karena kita tidak mengumpulkan? Marilah, jawaban itu kita gunakan sebagai koreksi diri dan bertekat akan lebih baik di tahun 1443 H ini. Sebagai seorang pelajar marilah kita menjadi pelajar yang dapat dipercaya, pelajar yang memiliki rasa tanggung jawab baik kepada diri sendiri maupun orang lain (orang tua dan guru).
Tahun 1442 H ini telah kita tinggalkan dengan banyak sekali kenangan, baik itu menyenangkan ataupun menyedihkan. Tentu kenangan yang paling kami ingat adalah di tahun ini keluarga besar SMA Islam Sudirman Ambarawa telah kehilangan seorang pengajar yang berdedikasi serta seorang pemikir IT masa depan SMA Islam Sudirman Ambarawa pada hari Kamis, 22 Juli 2021, beliau adalah Bapak Muhamad Chotibul Umam, S.Pd.. Semoga Allah memberikan tempat terbaik di sisi-Nya, aamiin. Semoga SMA Islam Sudirman menjadi semakin jaya seperti yang dicita-citakan oleh Almarhum.